08 Juli 2014

HARAPAN DAN PENURUNAN KUALITAS HIDUP




entah angin apa di Ramadhan ke10 ini tiba2 ingat banyak hal tentang diri sendiri dari masa ke masa, hidup yang harusnya selalu menjadi lebih baik dari waktu ke waktu sepertinya di saya hanya jalan di tempat bahkan mungkin dari beberapa segmen malah terjadi penurunan kualitas hidup (?)... sayang sekali..

ini mungkin akan menjadi catatan yang sangat panjang :D

saya terlahir dari ibu yang menanamkan harapan begitu besar dalam diri saya, harapan yang sangat berat..yang ternyata sekarang juga menjadi harapan saya terhadap anak saya..
begitu besar keinginan ibu saya untuk menjadikan saya seorang hafidzah..atau minimal kalau harapan itu tidak tercapai ibu ingin saya menjadi seorang qori'ah..
dan usaha ibu saya bersambut baik, dengan apa yang bisa saya capai bahkan sejak saya belum genap berusia 6 tahun.. saya sudah sangat lancar mengaji Alquran, bukan lagi iqra'  (membaca/bukan menghapal)

berbekal semangat dan harapan ibu saya, saya ditempah ibu disetiap kesempatan untuk sering dan rutin mengaji,, hingga saya hampir menghapal seluruh surah di juz 30, mungkin ini prestasi yang tidak ada apa2 nya dibanding putra putri luar biasa di tayang hafidz indonesia yang sekarang tayang di TV swasta :) namun paling tidak usaha bu saya memperlihatkan hasilnya..
tidak hanya itu, beriringan pula ibu saya dengan semangat ibu saya untuk menjadikan saya seorang qori'ah.. puluhan jenis kaset Muammar ada dirumah saya, setiap kesempatan ibu saya selalu memperdengarkan saya bacaan alqur'an dengan alunan yang sangat indah..saya sangat senang dengan semua kebiasaan ini...
Harapan ibu saya terus bertumbuh, entah kelas berapa saya saat itu saat menjuarai musabaqoh di TPA saya, juara 1. Ibu saya bangga luar biasa.. tak ada hadiah yang waow, hanya beberapa buku tulis (saya lupa jumlahnya) dan perlombaan itu hanya diikuti antar santri di TPA yang setiap malam saya ikuti..namun hati riang tak terkira rasanya waktu itu..

saya mengaji di TPA 2x sehari, pada malam hari setiap malam nya saya belajar mengaji dengan irama dengan salah seorang ustadz di salah satu TPA dekat rumah saya..
setiap malam kami diajarkan mengaji dengan irama yang indah tanpa melupakan tajwidnya,
terkecuali malam minggu.. kami tidak ada pelajaran mengaji.. tapi setiap malam minggu kami ada acara semacam pementasan kecil, yang menampilkan keahlian santri dengan bergilir setiap minggu nya.. tentu saja ini persembahan yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan, seperti Adzan, Iqomah, Rukun Islam & iman, asmaul Husna.dll
di malam minggu yang lain terkadang hanya ada kegiatan mendengarkan nasehat2 ustadz/mendengarkan cerita teladan tentang kisah2 Nabi. Indah sekali masa kecil itu..masa kecil yang sehat.. mungkin dengan kondisi lingkungan dan melihan informasi di media seperti sekarang ini saya tidak berani melepaskan anak sekecil itu setiap malam tanpa ada anggota keluarga yg mengawasi...
entah dimana ustadz yang baik hati itu sekarang, kami mengaji tanpa iuran..ustadz tidak pernah mematok..siapa yang orangtuanya ada kemudahan rezeki, berapapun ustadz terima..walau ustadz yang juga pedagang pasar di siang hari nya itu mengajarkan kami setiap malam..

selain itu, setiap siangnya ba'da dhuhur saya setiap hari terkecuali hari jumat (libur) saya mengaji di salah satu TPA yang cukup jauh dari rumah saya.. setiap hari mengaji diantar oleh abang saya atau bapak saya dan dijemput ba'da ashar :') betapa saya merindukan masa kecil itu..
di TPA itu juga saya diempah mengaji Alquran dan berbagai Kitab2 yang cukup banyak, saya yang saat itu masih kelas 2 sd sudah sangat lancar membaca tulisan Arab melayu dalam kitab Masaila, Dhammun, dll cukup banyak kitab yang pernah saya pelajari namun sekarang namanya saja saya lupa, berbagai kitab ini kemarin saya temukan lagi saat saya beres2 rumah :D
di TPA ini juga kerap diadakan perlombaan antar santri, ada banyak perlombaan dan saat itu saya mengikuti lomba melantunkan surah Yaa siin,  tanpa membaca. Ya..menghapal...
saya ingat persis, saat itu saya sedih sekali dengan kemampuan saya yang tidak bisa mendapatkan juara1, saya mendapatkan juara 3 saja :')
padahal saya sudah mendapatkan juara, tapi yaa..namanya juga anak anak..hehe
walaupun juara 3 tapi kesedihan saya sedikit terobati karena ternyata saya mendapatkan hadiah uang Rp. 50.000,- #dancing (lumayan banyak untuk saat itu)

saya menyesal sekali..kenapa saya tidak menghapal lebih giat lagi suraah Yaa Siin agar bisa mendapatkan juara 1, hapalan saya mulai macet di surah yang ke 50 an, abu yang selalu membuat saya merasa adalah anak emasnya terpaksa menghentikan saya..dan memanggil peserta lomba selanjutnya..

deqda kecil dulu begitu berusaha keras untuk mewujudkan mimpi ibunda yang sangat besar..
entah apa yang menjadikan saya berubah....
setamat Madrasah Ibtidaiyah, saya melanjutkan sekolah di MTsN. jadwal mengaji di TPA sudah berhenti..berganti dengan jadwal Les disana sini, saya tetap mengaji namun dirumah saja..rutin setiap malam  ba'da maghrib..

mulai dari situlah kegiatan rutin harian saya berubah, mulai disibukkan dengan berbagai extra kurikuler sekolah.. entah itu Marchine Banda, PMR. dll
kegiatan mengaji rutin di TPA pun berhenti..

Ibu saya sibuk dan mulai #cerewet menyuruh saya tetap mengaji kitab malam hari di pasantren,
dengan seribu alasan saya bernegosiasi dengan ibu saya, tapi saat itu saya tetap rutin mengaji dirumah dan tetap terus mempelajari bacaan Alqur'an indah..

deqda remaja mulai terbebani dengan harapan bunda nya, merasa untuk menggapai harapan itu seolah mustahil..padahal ibu saya sudah membentuk pondasi yang cukup kuat untuk mencapai harapannya, namun rumah yang hendak dibangun tak juga selesai sampai saat ini..

kenapa tulisan ini saya beri judul penurunan kualitas hidup?
karena begitulah yang saya rasakan..serasa kehidupan masa kecil saya terasa lebih jauh berkualitas dari pada saat sekarang ini, dulu rasanya waktu selalu termanfaatkan dengan baik..
andaikan saya terus menajamkan kemampuan saya saat itu, andai saya tidak pesimis klo impian ibu saya itu bisa saja dicapai dengan kerja keras,bukan tidak mungkin mimpi besar ibu saya sudah di depan mata atau bahkan mungkin sudah dalam genggaman..tapi bukan berarti saya berhenti berusaha, hanya saja saya semakin kesulitan membagi waktu sehingga tidak bisa melakukan dengan optimal :(

sekarang saya pun Alhamdulillah sudah menjadi seorang Bunda, dan ternyata memiliki mimpi yang sama dengan ibunda saya dan mungkin jutaan Ibunda muslim lainnya.
tentunya sekarang tantangan sudah semakin berat, pengaruh media dan lingkungan bisa begitu cepat menguasai anak anak kita..
anak yang saya beri nama Faizie Athar (kemenangan suci) kini memikul harapan yang sama, bukan hanya dari ibundanya,, tapi juga dari nenek nya :D
semoga Allah memudahkan saya dan anak saya untuk mencapai harapan mulia ini...

Aamiin Ya Rabbal'alamiin.